3.
ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM
PERKEMIHAN
1. PENGKAJIAN
@ Gejala subjektif:
Ø Pasien mengeluh sering miksi dan bertanya tentang penyakitnya
Ø Pada waktu miksi terasa sakit
Ø Kadang-kadang urine keluar bercampur darah
Ø Terasa nyeri pada daerah suprapubik dan perineal
@ Gejala objektif:
Ø Pasien sering miksi
Ø Terdapat hematuri
Ø Pasien meringis kesakitan sewaktu miksi (disuria)
Ø Hasil pemeriksaan IVP dan sistoskopi menunjukkan adanya kelainan
Tanda dan gejala gangguan/penyakit pada
sistem perkemihan dapat dilihat atau ditanyakan langsung pada pasien, yang
meliputi:
a. Frekwensi buang berkemih (miksi)
1. Poliuri (sering miksi)
2. Oliguri (jumlah urine yang keluar kurang dari normal, minimal urine
keluar kurang lebih 400 cc)
3. Stranguri (miksi sering tetapi sedikit-sedikit, lambat dan sakit).
4. Urgensi (pasien berkeinginan untuk miksi, tetapi tidak terkontrol untuk
keluar).
5. Nokturi (pasien terbangun tengah malam untuk miksi).
6. Pasien mengalami keraguan/kesukaran saat memulai untuk miksi.
Intermiten (pasien mengalami tempo berhenti arcs urinenya selama miksi).
7. Urine keluar secara menetes atau tidak memancar).
8. lnkontinen urine (urine keluar dengan sendirinya tanpa disadari).
b. Kelainan miksi
1. Disuri (adanya rasa sakit sewaktu miksi)
2. Adanya rasa papas sewaktu miksi
3. Hematuri (adanya darah yang keluar bercampur dengan urine).
4. Piuri (adanya nanah dalam urine, keadaan ini diketahui melalui
pemeriksaan mikroskopis, disebabkan tidak semua urine menjadi keruh karena
mengandung nanah.
5. Lituri (urine keluar bersama bate kecil sewaktu miksi)
Selain hal-hal di atas, dalam pengkajian pasien harus
termasuk :
1. Identitas pasien;
2. Riwayat kesehatan umum meliputi berbagai gangguan/penyakit yang lalu,
yang berhubungan atau yang dapat mempengaruhi penyakit perkemihan, riwayat
kesehatan keluarga, dan riwayat kesehatan pasien;
3. Riwayat kesehatan sekarang meliputi keluhan/gangguan yang berhubungan dengan
gangguan/penyakit yang dirasakan saat ini.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ø Perubahan ketidaknyamanan yang berhubungan dengan peradangan dan
infeksi kandung kemih.
Ø Perubahan pola eliminasi urinarius yang berhubungan dengan proses
peradangan.
Ø Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya.
3. PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI
a. INTERVENSI
1.
Pasien dianjurkan untuk banyak
minum (air adalah pilihan terbaik) untuk meningkatkan aliran darah ginjal dan membilas
bakteri dari traktus urinarius. Cairan yang dapat mengiritasi kandung kemih
(mis. kopi, teh, cola, alkohol) dihindari. Dianjurkan sering berkemih (setiap
2-3 jam) untuk mengosongkan kandung kemih secara seksama, karena ini bermanfaat
dalam menurunkan jumlah bakteri urine, mengurangi stasis urine, dap mencegah
infeksi ulang.
2.
Perempuan yang mengalami infeksi
urinarius berulang harus mendapat instruksi detil tentang hal-hal berikut:
·
Kurangi konsentrasi patogen pada
liang vagina dengan tindakan higienik (Mandi guyur daripada mandi rendam,
karena bakteri di bak mandi banyak yang memasuki uretra)
·
Bersihkan sekitar perineum dap
meatus uretra setelah setiap defekasi (dengan gerakan dari depan ke belakang)
·
Minum cairan dengan jumlah bebas
selama sehari untuk membilas bakteri, mengeluarkan kopi, teh, cola, clan
alkohol.
·
Berkemih setiap 2 sampai 3 jam
selama sehari dap pengosongan kandung kemih komplet. Tindakan ini mencegah
distensi kandung kemih dap menurunkan suplai darah ke dinding kandung kemih,
yang mempredisposisikan pasien pada ISK.
·
Bila hubungan seksual menimbulkan
kejadian bakteriuria: Berkemih dengan segera setelah hubungan seksual.Gunakan
dosis tunggal agens antimikroba oral setelah hubungan seksual.
·
Bila bakteri terus tampak dalam
urine, terapi antimikroba jangka panjang mungkin diperlukan untuk mencegah
kolonisasi area periuretral dap kambuhan infeksi. Obat harus digunakan setelah
pengosongan kandung kemih sebelum pergi tidur untuk menjamin konsentrasi obat
adekuat selama periode malam hari.
3.
Memenuhi kebutuhan nutrisi.
Penting sekali melindungi ginjal sementara ginjal tersebut memulihkan
fungsinya. Diet ditentukan oleh dokter yang secara umum tinggi kalori dan
rendah protein. Diet ini menghindari katabolisme protein dan memungkinkan
ginjal beristirahat karena ginjal berperan lebih sedikit menangani molekul dan
metabolit protein. Derajat pembatasan protein bergantung pada jumlah protein
yang diekskresikan dalam urine dan kebutuhan pasien. Natrium juga dibatasi
bergantung pada jumla edema yang ada. Anoreksia. mual dan muntah dapat
mempengaruhi masukan adekuat, yang menuntut intervensi kreatif pada pihak
perawat. Ahli diet dapat membantu merencanakan diet klien dalam keadaan
pembatasan ini.
4.
Memenuhi kebutuhan istirahat.
Istirahat adalah penting-baik secara fisik dan emosi. Terdapat hubungan antara
aktivitas dan jumlah hematuria dam proteinuria. Latihan juga meningkatkan
aktivitas katabolik. Aktivitas yang diizinkan bergantung pada basil pemeriksaan
urinalisis. Tirah baring dilakukan sesuai dengan periode aktivitas yang sangat
dibatasi, dapat dilanjutkan selama beberapa minggu sampai bulan. Aktivitas
pengalih yang tepat dapat membantu pasien menghadapi imobilitas fisik yang lama
ini.
5.
Memelihara integritas kulit.
Edema mempengaruhi nutrisi selular, yang membuat klien lebih rentan terhadap
kerusakan kulit. Gunakan kewaspadaan untuk mencegah komplikasi ini. Intervensi
meliputi higiene yang baik, masase, dan perubahan posisi, serta penggunaan
tindakan profilaktik seperti alat di tempat tidur.
6.
Mencegah infeksi. Glomerulus
sangat menurunkan pertahanan tubuh pasien terhadap infeksi, khususnya organisme
streptokokal. Karenanya, imunosupresif dan kortikosteroid lebih lanjut
menurunkan pertahanan pasien. Meskipun isolasi tidak perlu, diperlukan
perlindungan klien dari orang yang mengalami infeksi. Tindakan pendukung umum
membantu menguatkan mekanisme pertahankan pasien. Penyuluhan pasien harus
mencakup cara yang tepat untuk menghindari infeksi, khususnya infeksi pernapasan
dan saluran kemih.
b.
IMPLEMENTASI
1.
Mengalami perbedaan nyeri:
Ø Melaporkan tidak ada nyeri, dorongan, disuria, atau hesitansi pada saat
berkemih.
Ø Menggunakan analgesik dap agens antimikroba sesuai ketentuan.
Ø Minum 8 sampai 10 gela cairan setiap hari.
Ø Berkemih setiap 2 sampai 3 jam.
Ø Urine jernih dan berbau.
2.
Meningkatkan pengetahuan tentang
tindakan pencegahan dan pengobatan.
3.
Bebas dari komplikasi:
Ø Melaporkan tidak ada infeksi atau gagal ginjal (mual,
muntah, keletihan, pruritus).
Ø Mempunyai kadar kreatinin serum dap BUN normal, kultur
darah dan urine negatif.
Ø Menunjukkan tanda vital dap suhu normal; tidak ada tanda sepsis.
Ø Mempertahankan haluaran urine adekuat (>30 ml/jam).
4. EVALUASI
a. Pasien mempertahankan masukan nutrisi adekuat, dibuktikan oleh tidak
adanya penurunan berat badan, tidak ada keseimbangan nitrogen negatif, dan
elektrolit normal.
b. Pasien mempertahankan masukan dan haluaran seimbang, dibuktikan oleh
tidak adanya manifestasi edema atau kelebihan beban cairan.
c. Pasien mengalami keseimbangan istirahat dan aktivitas yang adekuat,
dibuktikan oleh tidak adanya keluhan keletihan.
d. Pasien tidak mengalami kerusakan kulit, dibuktikan oleh kulit tetap
utuh.
e. Pasien tidak mengalami infeksi, dibuktikan oleh suhu normal.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II. Jakarta: EGC
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II. Jakarta: EGC
Pearce, Efelin C. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk
paramedic Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar